Sosial









 
 

Kemenyan di Taput Terancam Punah

Podium - Tarutung.
                 Dipastikan kemenyan dari Tapanuli Utara (Taput), beberapa tahun ke depan akan punah dan tidak ditemukan lagi di pasar. Selain animo generasi muda tidak ada untuk bertanam tumbuhan asli hutan itu, juga harga jual kemenyan sangat fluktuatif. Harga yang fluktuatif, diperparah lagi pemasaran yang sangat sulit atau pasar tunggal.
                Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Taput melalui Kepala Bidang Perkebunan Alimusa Habeahan mengatakan, animo generasi muda tidak ada untuk bertanam kemenyan. Terbukti, katanya, sekira 5 tahun lalu saat Dinas Pertanian dan Perkebunan Taput membantu bibit kemenyan ke petani dan petani terkesan tidak mau menanam bibit tersebut.

                "Ya, kalau animo generasi muda tidak ada untuk menanam kemenyan, sudah tentu beberapa tahun ke depan kemenyan dari wilayah Taput terancam punah, sebab tanaman itu akan terabaikan. Diperparah lagi harga yang fluktuatif, tentunya, tidak dapat mendongkrak minat petani untuk budidaya kemenyan," kata Alimusa Habeahan ke Wartawan, Rabu pekan lalu di Tarutung.

                Kondisi yang demikian, ujar Habeahan, kalau dulu kemenyan masih menjadi tumpuan bagi masyarakat Taput khususnya yang berdomisili di pedesaan sebagai salahsatu mata pencaharian atau merupakan salahsatu budidaya perkebunan unggulan, kemenyan atau haminjon dalam bahasa Batak, akan tinggal kenangan.

                Harga jual kemenyan, terang Habeahan, tidaklah seperti harga jual produk perkebunan lainnya seperti, karet. Untuk kemenyan kualitas terbaik, saat ini hanya dihargai di kisaran Rp 150.000 per kilogram. Salahsatu jalan ke luar agar masyarakat berminat dalam budidaya tanaman kemenyan adalah adanya standar harga.

                "Standar harga yang memadai untuk kemenyan, minimumnya di kisaran Rp 300.000 per kilogram. Harga dimaksud, agar dapat mengimbangi biaya produksi. Sebab kemenyan dideres, empat bulan ke depan hasil/getahnya baru bisa diambil. Produksi per batang, hanya sekitar 200 gram getah," jelas Habeahan.

                Kemenyan, tutur Habeahan, adalah tanaman asli hutan dan dapat bersaing hidup dengan tanaman lainnya di hutan. Artinya, tanaman tersebut akan tumbuh subur, tanpa adanya perawatan. Tumbuhan ini produksi dari umur 10 hingga 50 tahun. Tinggi batang hingga 50 meter dengan diameter satu meter.

                "Agar budidaya tanaman ini berkelanjutan atau tidak menjadi punah di Taput, setidaknya pemerintah kabupaten melalui koordinasi instansi terkait. Dalam program ke depan menjadikan kemenyan menjadi tanaman di area penghijauan atau di daerah kawasan hutan," imbuhnya.

                Jack Aruan (39) menyatakan, perkebunan kemenyan yang dia usahai sekarang ini (sekitar 2 hektar di tengah hutan), diperkirakan sudah berusia 150 tahun hingga 200 tahun atau masih peninggalan kakeknya. Karena termakan usia, sudah kurang produktif.

                Bila terus diusahai, katanya, hasilnya tidak sebanding dengan biaya produksi dan diperparah lagi dengan harga yang tidak menentu. Dan juga jarak tempuh ke dalam hutan kemenyan dari desa yang berjarak hingga 10 kilometer/jalan perbukitan, menjadi persoalan tersendiri atau dari efisiensi waktu, baiknya beralih ke tanaman pertanian lainnya.

                "Kami sudah mulai beralih ke tanaman palawija, semisal tanaman cabai. Biaya produksi dan getah kemenyaan yang sudah kurang produktif, tidak mampu lagi menghidupi keluarga. Terpikir untuk melakukan peremajaan kemenyan, terbentur di modal," terang Aruan.

                Baringin Silaban (45) salahsatu pengumpul kemenyan di Tarutung menyebutkan, beberapa tahun terakhir ini, pasokan kemenyan dari petani di Taput, sangat minim. Pasokan kemenyan dari setiap petani terkadang hanya dapat 3 kilogram saja. (mbo/a)

Kapal Ferry Milik Pemprovsu Tidak Maksimal

Podium-Samosir
                Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) diminta segera mengevaluasi dua kapal ferry milik Pemprovsu yang beraktivitas menghubungkan penyeberangan Kecamatan Tiga Ras (Simalungun) menuju Simanindo serta menghubungkan Kecamatan Muara (Taput) menuju Kecamatan Nainggolan.
                Permintaan itu disampaikan beberapa  wisatawan yang datang dari Kota Medan yang hendak menyeberang ke Pulau Samosir. "Sudah selayaknya armada kapal Ferry yang menghubungkan Tiga Ras dan Samosir diganti dengan armada yang lebih besar, sebab volume kendaraan yang tinggi tidak diimbangi dengan penyedian armada yang besar," tegas Adi warga Medan yang hendak menyeberang ke Samosir kepada wartawan, Senin pekan lalu.
                iakui Adi, armada kapal ferry yang ada saat ini dan menghubungkan Tiga Ras-Simanindo, hanya mampu memuat sekitar 11 kendaraan roda empat. Sehingga jika ada mobil-mobil yang hendak menyeberang ke Pulau Samosir dengan jumlah yang besar terpaksa harus menunggu hingga beberapa jam.
                "Keadaan ini jelas sangat merugikan, kami dari pagi sudah berangkat dari Kota Medan, dan kami perkirakan bisa menyeberang karena jadwal berangkat pukul 15.00 wib. Namun kenyatanya, belum sampai waktunya, kapal ferry sudah penuh dan muatannya pun sangat terbatas sehingga kami pun harus menunggu lagi hingga sore nanti," sesalnya.
                Ia juga berharap pemerintah harus serius untuk segera menggantinya dengan armada yang jauh lebih besar atau melakukan rotasi kapal, sebab kapal ferry yang menghubungkan Kecamatan Muara (Taput) menuju  Kecamatan Nainggolan jauh lebih besar.
                Sementara itu, informasi yang dihimpun Wartawan, armada kapal ferry yang menghubungkan Kecamatan Muara (Taput) dan Kecamatan Nainggolan jauh lebih besar dari kapal ferry yang menghubungkan Tiga Ras dan Simanindo. Kapal tersebut diperkirakan mampu menampung sekitar 15 kendaraan roda empat.
                Meski sudah berjalan, namun kapal ferry hanya digunakan tiga kali dalam seminggu karena  keterbatasan penumpang dan kendaraan.
                "Kapal ferry tersebut hanya melayani penumpang tiga kali seminggu, karena terkendala minimnya kunjungan dan minimnya kendaraan dari Kecamatan Muara menuju Samosir yang tidak sebanding dengan volume kendaraan dari Kecamatan Tiga Ras," tambah Hendrik salah satu warga yang juga turut mengantri.
                Pengamat pariwisata Kabupaten Samosir F Sitanggang berharap, Pemprov Sumatera Utara dan Pemkab Samosir harus serius merespon persoalan penyeberangan. Diakuinya, minimnya armada kapal ferry milik pemerintah menjadi kendala masih sulitnya akses menuju Pulau Samosir.
                Padahal, jika pemerintah menyediakan fasilitas yang jauh lebih besar serta didukung dengan pelayanan yang maksimal, otomatis tingkat kunjungan wisatawan ke Pulau Samosir akan terus meningkat.
                Sebelumnya, untuk memperlancar akses arus transportasi terkhusus arus penyeberangan lalu lintas Danau Toba, Bupati Samosir Ir Mangindar Simbolon didukung oleh Kementrian Perhubungan Republik Indonesia berencana akan menambah armada kapal ferry untuk  penyeberangan danau di Kecamatan Simanindo dan Tiga Ras.
                Kapal ferry yang menghubungkan Simanindo-Tiga Ras direncanakan akan ditambah lagi satu pada Tahun 2015 dan segera dioperasikan bersama kapal ferry yang sudah duluan beroperasi.
                "Untuk memperlancar akses, terlebih untuk mempermudah wisatawan yang akan mendatangi Pulau Samosir, kapal ferry akan ditambah Tahun 2015 untuk jalur Simanindo-Tiga ras. Kami sendiri sudah bertemu dengan Kementrian Perhubungan di Jakarta," kata Mangindar.
                Informasi yang dihimpun Wartawan, jalur penyeberangan air melalui kapal ferry sendiri berjumlah tiga titik. Dua kapal ferry milik swasta berada di penyeberangan Tomok- Kecamatan Ajibata (Tobasa). Satu kapal ferry milik pemerintah berada di titik Kecamatan Simanindo-Tiga ras (Simalungun) dan satu titik lagi berada Nainggolan-Muara (Taput). (anls/a)

2014, Pemkab Tapteng Rekrut 2.000 CPNS

Podium – Pandan
                 Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah (Pemkab Tapteng) tahun 2014 ini, akan merekrut Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Untuk memenuhi kebutuhan aparatur pemerintah di kabupaten itu yang masih terbatas, Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Tapteng mengusulkan sebanyak 2.000 orang CPNS baru pada formasi kali ini.
                Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Tapteng, Drs Klose Harahap kepada wartawan mengatakan, usulan perekrutan CPNS di tahun 2014 yang berjumlah 2.000 orang itu telah sesuai dengan analisa jabatan (anjab) dan kebutuhan aparatur yang sampai saat ini di Pemkab Tapteng masih sangat kekurangan.

                "Sesuai dengan Anjab dan kebutuhan SDM aparatur pemerintah di Tapteng, seharusnya Pemkab memiliki sebanyak 9.333 orang PNS. Sedangkan pegawai yang ada sekarang hanya 5.802 orang. Jadi, sebenarnya Pemkab Tapteng masih kekurangan sekitar 3.751 PNS lagi," kata Kolose di Pandan, kemarin.

                Dikatakan, dalam upaya memenuhi kebutuhan itu, tahun 2014 ini Pemkab Tapteng mengajukan kepada Kementerian Pendayagunaan Aperatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN & RB) untuk merekrut CPNS baru sebanyak 2.000 orang.

                Dikatakannya, menyangkut realisasi dari jumlah yang diajukan Pemkab Tapteng itu, memang merupakan kewenangan penuh Kementerian PAN dan RB untuk merealisasikannya. Diharapkan, jumlah kebutuhan CPNS yang telah diajukan itu nantinya, tidak jauh berbeda dari hasil yang terealisasi.

                "Berapa yang terealisasi dari jumlah yang kita ajukan, itu sepenuhnya hak dari kementerian. Namun mudah - mudahan, usulan kebutuhan jumlah CPNS ini nantinya tidak terlalu jauh dari persetujuan Kementerian PAN dan RB, karena sebenarnya kita sangat membutuhkannya," harapnya.

                Pada tahun 2013 yang lalu, Pemkab Tapteng hanya memperoleh sebanyak 110 orang CPNS dari jalur umum dari 450 orang lebih yang diajukan. Sedangkan untuk tenaga honorer Kategori II yang diangkat menjadi CPNS jumlahnya hanya 269 orang.

                Diketahui, dari jumlah yang diajukan sebanyak 2.000 itu nantinya, akan terdiri dari formasi tenaga pendidikan, tenaga kesehatan, teknis umum, dan penyuluhan. Dari jumlah kebutuhan ini, formasi prioritas masih pada tenaga pendidikan dan tenaga kesehatan. (mbo
/a)

Makam IL Nommensen Sigumpar Tobasa Akan Dikembangkan
Podium-Balige
                Makam misionaris Batak DR IL Nommensen di Sigumpar Toba Samosir (Tobasa), akan dikembangkan kembali sebagai pusat wisata rohani dengan cara membangun museum dan taman wisata DR IL Nommensen, oleh Yayasan Nommensen Sigumpar (Sigumpar Nommensen Foundation) dengan Ketua Umum Irjen Pol Purn Drs Thamrin Simanjutak MSc MM.
                Kepengurusan Yayasan Nommensen Sigumpar periode 2014-2018 dilantik Ephorus HKBP Pdt WTP Simarmata STh MA di Kompleks Gereja HKBP DR IL Nommensen Sigumpar, Selasa pekan lalu.
                Pelantikan ini dirangkai  kebaktian In Memoriam Nommensen yang dikenal sebagai misionaris Batak. Dilakukan juga penanaman pohon secara simbolis berupa pohon cemara norfolk yang dilakukan Oppui Ephorus HKBP, pengurus Yayasan, tokoh masyarakat, naposobulung, para kepala desa yang nantinya akan dilakukan penanaman pohon sebanyak 1000 pohon. Pelantikan ini juga dimulai dengan kebaktian yang dibawakan Praeses HKBP Distrik IV Toba,  sebagai liturgis dan khotbah oleh Oppui Ephorus HKBP.
                Kepada wartawan Ketua Yayasan Nommensen Sigumpar Irjen Pol Purn Thamrin Simanjuntak, penanam pohon sebanyak 1000 pohon akan dilanjutkan dengan penanam pohon sebanyak 10000 pohon sepanjang jalan Sigumpar. "Tujuannya, untuk menghijaukan daerah ini sehingga terlihat asri dan sejuk," sebut Thamrin seraya menambahkan  pembangunan Museum Nommensen ini akan dimulai awal tahun 2015.
                Harapan kita, tambah Thamrin, guna pengembagan lokasi wisata ini, selain lokasi tanah yang ada saat ini ada seluas 2 hektar, yayasan juga ingin menambah luas lokasi dengan cara membebaskan tanah kurang lebih 5 hektar tanah di sekitar lokasi makam. "Kita ingin mengembangkan lokasi ini sampai ke pinggir pantai Danau Toba," sebutnya
                Yayasan ini, ingin mengabadikan hasil karya IL Nommensen, mewujudkan pembangunan yang dapat dirasakan, dinikmati, dimaknai serta sebagai pembelajaran bagi setiap pengunjung, serta menjabarkan bentukan dari 5 pilar pengajaran Nommensen yakni agama, pendidikan, kesehatan, sosial budaya dan ekonomi.
                Sebelumnya Ephorus HKBP Pdt WTP Simarmata STh MA,Sigumpar sebagai pusat lokasi penyebaran injil yang dilakukan oleh misionaris Nommensen, sehingga orang Batak bisa seperti sekarang ini. Daerah Sigumpar sebagai pusat pelayanan keagamaan dengan melalui pendidikan, kesehatan sosial budaya dan juga ekonomi.
                "Di daerah Sigumpar inilah Nommensen juga Ephorus pertama HKBP menjalani kehidupannya menyebarkan ajaran agama ke seluruh bangsa Batak. Hingga akhir hayatnya," sebut mantan Sekjen HKBP ini.
                Adapun susunan pengurus Yayasan Nommensen Sigumpar ini adalah Pembina Pucuk Pimpinan HKBP dengan wakil ketua Kol Purn Rudolf Edward Barimbing SH. Ketua umum Irjen Pol Purn Thamrin Simanjuntak, sekretaris Drs Mangiring Siahaan dan Bendahara Foster P Hutagaol. (anls/a)